Minggu, 04 April 2010

Laporan Pisces_046

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada sistematika atau taksonomi ada 3 pekerjaan yang biasa dilakukan, yaitu identifikasi, klasifikasi, dan pengamatan evolusi. Identifikasi merupakan pengenalan dan deskripsi yang teliti dan tepat terhadap suatu jenis/spesies yang selanjutnya diberi nama ilmiahnya sehingga diakui oleh para ahli diseluruh dunia. Klasifikasi adalah suatu kegiatan pembentukan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan cara memberi keseragaman ciri/sifat di dalam keanekaragaman ciri yang ada pada makhluk hidup tersebut. Oleh karena itu dengan morfologi tubuh makhluk hidup yang berbeda satu sama lainnya, kita memerlukan pengklasifikasian agar kita lebih mudah memahami dan mempelajari keanekaragaman makhluk hidup tersebut (Soesono, 1968).

Untuk mendukung pengetahuan tentang klasifikasi dan taksonomi diperlukan adanya identifikasi dari berbagai parameter morfologi dari bentuk tubuh ikan. Dengan melihat morfologi ikan kita dapat mengelompokkan ikan/hewan air. Sistem atau cara pengelompokan ini dikenal dengan istilah sistematika atau taksonomi.

Oleh karena itu, dalam praktikum pisces ini kita membutuhkan pengetahuan tentang taksonomi dan proses-prosesnya seperti pembuatan klasifikasi dan identifikasi sehingga kita bisa memahami dan menyelesaikan pengamatan objek praktikum dengan baik. Karena Keanekaragaman dari ikan merupakan asset nasional yang perlu diinventarisasikan jenis dan keberadaannya, distribusinya serta sifat-sifat hidupnya. (Soesono, 1968).

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui morfologi dari hewan kelas pisces dan dapat mengetahui ukuran serta jumlah bagian-bagian tubuh dari kelas pisces tersebut. Praktikum ini juga bertujuan agar kita dapat mengetahui cara identifikasi dan membuat klasifikasi dari objek praktikum.

1.3 Tinjauan Pustaka

Ikan adalah hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup diair. Suhu tubuhnya berubah-ubah tergantung dengan suhu lingkungannya (poikiloterm). Bergerak dan mempertahankan keseimbangan tubuhnya dengan menggunakan sirip dan bernafas dengan insang, namun selain menggunakan insang ada juga ikan yang memiliki alat pernafasan tambahan yang fungsinya sama dengan paru-paru. Ikan apabila ditinjau dari morfologinya dapat dibagi menjadi tujuh bagian yaitu bentuk tubuh, bentuk mulut, linnea lateralis, sirip, sungut, sisik, dan ciri-ciri lainnya. Sedangkan bagian tubuh lainnya, ikan dapat dibagi tiga bagian yaitu kepala (caput), badan (truncus), dan ekor (caudal) (Aninomous, 2010).

Ikan mempunyai sirip yang penting untuk pergerakannya dan sisik yang berfungsi sebagai penutup tubuhnya. Berdasarkan bentuknya sirip ekor dibedakan atas tipe rounded, truncate, emerginate, lunate dan forked. Berdasarkan bentuk sisik dibedakan atas sisik placoid, ganoid, ctenoid dan cycloid. Tipe mulut berdasarkan letaknya yaitu tipe inferior, superior, terminal dan sub terminal. Bentuk umum tubuh ikan juga bervariasi seperti fusiform, compresiform, depressiform, anguiliform, sagititiform dan globiform. (Tim Taksonomi Hewan Vertebrata, 2010).

Bentuk ikan bermacam-macam. Perubahan bentuk yang paling luar biasa terjadi pada ikan yang hidup pada dasar perairan, tubuh ikan tersebut menjadi gepeng. Ada juga yang menelungkup sehingga bagian permukaan tubuhnya bagian bawah menjadi rata. Ada pula yang terletak miring pada sisinya sehingga tubuhnya rata sebelah (Ommaney, 1982).

Berdasarkan habitat hidupnya, ikan dibedakan dua macam yaitu ikan air tawar dan ikan air asin (laut). Ikan air tawar adalah ikan yang menghabiskan sebagian atau seluruh hidupnya di air tawar, seperti sungai dan danau, dengan salinitas kurang dari 0,05%. Dalam banyak hal lingkungan ini berbeda dengan lingkungan perairan laut, dan yang paling membedakan adalah tingkat salinitasnya. Untuk bertahan di air tawar, ikan membutuhkan adaptasi fisiologis yang bertujuan menjaga keseimbangan konsentrasi ion dalam tubuh. 41% dari seluruh spesies ikan diketahui berada di air tawar. Hal ini karena spesiasi yang cepat yang menjadikan habitat yang terpencar menjadi mungkin untuk ditinggali (Moyle, 1982).

Ikan air tawar berbeda secara fisiologis dengan ikan air asin dalam beberapa aspek. Insang mereka harus mampu mendifusikan air sembari menjaga kadar garam dalam cairan tubuh secara simultan. Adaptasi pada bagian sisik ikan juga memainkan peran penting; ikan air tawar yang kehilangan banyak sisik akan mendapatkan kelebihan air yang berdifusi ke dalam kulit, dan dapat menyebabkan kematian pada ikan (Ommaney, 1982)..

Karakteristik lainnya terkait ikan air tawar adalah ginjalnya yang berkembang dengan baik. Ginjal ikan air tawar berukuran besar karena banyak air yang melewatinya. Banyak spesies bereproduksi di air tawar namun menghabiskan sebagian besar kehidupannya di laut. Mereka dikenal dengan nama ikan anadromous, meliputi salmon, trout, dan stickleback. Beberapa ikan, secara berlawanan, lahir di laut dan hidup di air tawar, misalnya belut (Munshi, 1996).

Spesies yang bemigrasi antara air laut dan air tawar membutuhkan adaptasi pada kedua lingkungan. Ketika berada di dalam air laut, mereka harus menjaga konsentrasi garam dalam tubuh mereka lebih rendah dari pada lingkungannya. Sedangkan ketika berada di air tawar, mereka harus menjaga kadar garam berada di atas konsentrasi lingkungan sekitarnya. Banyak spesies yang menyelesaikan masalah ini dengan berasosiasi dengan habitat berbeda pada berbagai tahapan hidup. Belut, bangsa salmon, dan lamprey memiliki toleransi salinitas di berbagai tahap kehidupan mereka (Moyle, 1982)..

Kelas ikan (pisces) terbagi atas 3 sub kelas yaitu agnatha (ikan tak berahang), Osteichtyes (ikan bertulang sejati), dan chondriochtyes (ikan bertulang rawan). Agnatha adalah vertebrata pertama yang ditemukan sebagai fosil. Hewan ini adalah ikan pipih yang relatif kecil yang mungkin hidup dengan menghisap zat-zat organik dari dasar sungai tempat mereka hidup. Air masuk melalui mulut dan setelah itu melalui insang dan keluar melalui serangkaian kantung insang yang bermuara dipermukaan. Ikan ini tidak mempunyai sirip dan berenang dengan gerakan undulasi satu-satunya. Ikan tak berahang yang sekarang masih hidup adalah lamprey dan ikan hag (hag fish) (Kimbal, 1992).

Kelas chondrichtyes meliputi hiu biasa dan pari. Ikan ini juga disebut dengan ikan yang bertulang rawan karena tidak mempunyai rangka sama sekali baik di dalam maupun si luar sisiknya. Ikan bertulang rawan ini mudah dibedakan dengan ikan lainnya karena kotak-ktak taknya pepat, pola percabangan dan pembuluh darah berhubungan dengan insang dan punya sisik yang seperti duri-duri kecil. Gigi pada ikan ini berlainan dengan ikan lainnya karena melekat pada kulit dan hanya terdapat pada pinggir rahang . Ikan ini biasanya punya serangkaian lubang insang luar dan tidak mempunyai gelembung ruang (Djuhanda, 1981).

Kelas osteichtyes disebut juga dengan ikan yang bertulang sejati. Tubuh ikan ini diseliputi oleh sisik dan satu-satunya sisa harnas (pelindung) moyang mereka adalah tulang-tulang kranium /kepala untuk mengatasi masalah kekeringan atau dihidrasi yang dialami oleh kelas osteichtyes ini, dilakukan dengan cara mengembangkan kantung faring yang berfungsi sebagai paru-paru primitive (Kimbal, 1992). Kebanyakan ikan dari kelas ini mempunyai tengkorak, vertebrae, gelang anggota, penyokong sirip dan sisik yang kesemuanya dari tulang. Ikan-ikan pada kelas ini hanya satu-satunya vertebrata yang mempunyai bermacam-macam jenis sirip, sisik, dan vertebrae (Djuhanda, 1981).


II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

2.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakasanakan pada hari Senin tanggal 08 dan 15 Maret 2010 bertempat di Laboratorium Taksonomi Hewan, Jurusan Biologi, Universitas Andalas, Padang.

2.2. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah vernier caliper, bak bedah, penggaris, table pengamatan dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Sedangkan bahan yang digunakan, yaitu Cyprinus carpio (ikan mas), Tilapia nilotica (ikan nila), Osphronemus goramy (ikan gurami), Monophterus albus (belut), dan Poisilia reticulata (ikan pantau).Sarda orientalis (Ikan tongkol), Trichiurus lepturus (Ikan baledang), Leiognathus splendens (Ikan maco), dan Upeneus sulphureus (Ikan pinang-pinang).

2.3. Cara Kerja

untuk pengamatan pada praktikum ini, hal-hal yang dilakukan adalah penyediaan alat dan bahan praktikum, kemudian letak ikan pada bak bedah dengan posisi kepala di sebelah kiri. Amati ikan tersebut dan lakukan pengukuran dan perhitungan terhadap setiap parameternya, yaitu panjang total (PT), panjang standar (PS), tinggi batang ekor (TBE), panjang batang ekor (PBE), panjang dasar sirip dorsal (PdSD), panjang dasar sirip anal (PdSA), tinggi sirip dorsal (TSD), tinggi sirip anal (TSA), panjang sirip pektoral (PSP), panjang kepala (PK), panjang moncong (PM), dan diameter mata (DM). Kemudian tentukan tipe mulut, tipe sisik, bentuk sirip, jumlah sisik, dan diakhiri dengan membuat klasifikasi lengkap, lalu gambar dan buat kunci determinasinya.


I. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :

3.1 Dekripsi

3.1.1 Cyprinus carpio (robin and Bailey, 1991).

Klasifikasi:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Cypriniformes

Family : Cyprinidae

Genus : Cyprinus

Spesies : Cyprinus carpio (robin and Bailey, 1991).

Vern name : Ikan mas

Dari pengukuran yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut: Panjang total 193 mm, panjang standar 0,66 bagian dari panjang total, tinggi batang ekor 0,1 bagian dari panjang total, panjang batang ekor 0,1 dari panjang total, panjang dasar sirip dorsal 0,24 bagian dari panjang total, tinggi badan 0,277 bagian dari panjang total, panjang sirip dorsal terpanjang 0,09 bagian dari panjang total, panjang kepala 0,20 dari panjang total, panjang moncong 0,067 bagian dari panjang total, diameter mata 0,048 bagian dari panjang total. Jumlah duri dorsal 4, jumlah duri dorsal lunak 15, jumlah duri anal 1, jumlah duri lunak anal 6, jumlah duri pektoral total 12.

Secara morfologis, ikan mas mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Tipe mulut superior, bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan mas berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau, biru, merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai dengan rasnya, tipe ekor forked (Agus Rochdianto, 2005).

Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150--600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30° C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas terkadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30% (Agus Rochdianto, 2005).

Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan (Munshi, 1996).

3.1.2 Tilapia nilotica

Klasifikasi:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Family : Cichlidae

Genus : Tilapia

Spesies : Tilapia nilotica

Vern name : Ikan nila

Dari pengukuran yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut: Panjang total 195 mm, panjang standar 0,82 bagian dari panjang total, tinggi batang ekor 0,115 bagian dari panjang total, panjang batang ekor 0,103 dari panjang total, panjang dasar sirip dorsal 0,51 bagian dari panjang total, panjang dasar sirip anal 0,156 bagian dari panjang total, tinggi badan 0,36 bagian dari panjang total, panjang sirip dorsal terpanjang 0,15 bagian dari panjang total, panjang kepala 0,26 dari panjang total, panjang moncong 0,061 bagian dari panjang total, diameter mata 0,045 bagian dari panjang total. jumlah duri dorsal 17, jumlah duri dorsal lunak 12, jumlah duri anal 3, jumlah duri lunak anal 8, jumlah duri pektoral total 12, jumlah sisik gurat sisi 26.

Sirip punggung (dorsal) dengan 16-17 duri (tajam) dan 11-15 jari-jari (duri lunak); dan sirip dubur (anal) dengan 3 duri dan 8-11 jari-jari. Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergaris-garis tegak, 7-12 buah. Tenggorokan, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip punggung dengan warna merah atau kemerahan (atau kekuningan) ketika musim berbiak. Tipe mulut terminal, tipe sisik cycloid, bentuk tubuh pipih datar dan tipe ekor truncates (Munshi, 1996).

Ikan nila adalah pemakan plankton dan pemakan tumbuhan (omnivora) sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air. Habitat hidup diair tawar yang berlumpur (Djuhanda, 1980).

3.1.3 Osphronemus goramy

Klasifikasi:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Perciformes

Family : Osphronemidae

Genus : Osphronemus

Spesies : Osphronemus goramy

Vern name : Ikan gurami

Dari pengukuran yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut: Panjang total 61,20 mm, panjang standar 0,87 bagian dari panjang total, tinggi batang ekor 0,29 bagian dari panjang total, tinggi badan 0,35 bagian dari panjang total, panjang moncong 0,106 bagian dari panjang total.

Ikan yang lebar dan pipih. Panjang tubuh (SL, standard length[2]) 2,0-2,1 kali tinggi tubuh; panjang tubuh total (dengan sirip ekor) bisa mencapai 1.000 mm. Sirip perut dengan jari-jari pertama yang pendek berupa duri dan jari-jari kedua yang lentur panjang serupa cambuk. Rumus sirip punggung (dorsal) XI-XIV (jari-jari keras atau duri) dan 12-14 (jari-jari lunak); sementara sirip dubur (anal) X-XI dan 20-23. Ikan yang muda memiliki moncong yang meruncing, dengan 8-10 pita melintang (belang) di tubuhnya. Jika beranjak dewasa warna-warna ini memudar, dan kepala ikan akan membengkak secara tidak teratur (Munshi, 1996).

Di alam, gurami hidup di sungai-sungai, rawa dan kolam, termasuk pula di air payau; namun paling menyukai kolam-kolam dangkal dengan banyak tumbuhan. Sesekali ikan ini muncul ke permukaan untuk bernafas langsung dari udara. Gurami adalah pemakan tumbuhan, kadang juga memangsa serangga, ikan lain, dan juga materi-materi yang membusuk di air. Dari sifatnya yang senang memakan tumbuhan tersebut, gurami juga dimanfaatkan sebagai pengendali gulma di kolam-kolam (Djuhanda, 1980).

3.1.4 Monopterus albus

Klasifikasi:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii
Ordo : Synbranchiformes

Family : Synbranchidae

Genus : Monopterus

Spesies : Monopterus albus

Vern name : belut

Dari pengukuran yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut: Panjang total 395 mm, panjang standar 0,036 bagian dari panjang total, tinggi badan 0,05 bagian dari panjang total, panjang kepala 0,09 bagian dari panjang total, panjang moncong 0,05 bagian dari panjang total.

Ukuran maksimum adalah 1m, meskipun yang banyak dikonsumsi paling panjang 40cm. Tidak memiliki sirip, kecuali sirip ekor yang memanjang. Bentuk tubuhnya menyerupai tabung dengan tubuh licin, tanpa sisik. Warna bervariasi, namun biasanya kecoklatan hingga kelabu (Djuhanda, 1980).

Belut adalah predator ganas di lingkungan rawa dan sawah. Hewan ini mampu menyerap oksigen bahkan lewat kulitnya. Kebiasaaannya adalah bersarang di dalam lubang berlumpur dan menunggu mangsa yang lewat. Walaupun berasal dari daerah tropika, belut sawah diketahui dapat menyintas (survive) musim dingin dengan suhu sangat rendah. Kombinasi sifat-sifat yang dimiliki belut membuatnya menjadi hewan yang dianggap berbahaya bagi lingkungan yang bukan habitatnya (Saanin 1984).

Belut sawah (Monopterus albus) adalah sejenis ikan anggota famili Synbranchidae (belut), ordo Synbranchiiformes, yang mempunyai nilai ekonomi dan ekologi. Ikan ini dapat dimakan, baik digoreng, dimasak dengan saus pedas asam, atau digoreng renyah sebagak makanan ringan. Secara ekologi, belut dapat dijadikan indikator pencemaran lingkungan karena hewan ini mudah beradaptasi. Hilangnya belut menandakan telah terjadi kerusakan lingkungan yang sangat parah (Saanin 1984).

3.1.5 Poecilia reticulate

Klasifikasi:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Cypriniformes
Family : Cyprinidae

Genus : Poesilia

Spesies : Poecilia reticulate

Vern name : Ikan pantau

Dari pengukuran yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut: Panjang total 31,40 mm, panjang standar 0,83 bagian dari panjang total, tinggi batang ekor 0,15 bagian dari panjang total, panjang batang ekor 0,31 bagian dari panjang total, tinggi badan 0,23 bagian dari panjang total, panjang kepala 0,17 bagian dari panjang total, diameter mata 0,002 bagian dari panjang total.

Poecilia reticulate bertubuh kecil ramping, dengan panjang maksimal sekitar 170 mm. Tubuh berwarna coklat kuning di bagian atas (dorsal) dan putih keperakan di sisi dan bagian bawah, terutama di bagian perut. Sebuah garis keemasan di dalam, berjalan bersama garis kehitaman di bagian luar pada masing-masing sisi tubuh, dari belakang tutup insang hingga ke batang ekor (Saanin 1984).

Formula sirip punggung (dorsal) II.7, yakni dua jari-jari keras (duri) diikuti tujuh jari-jari lunak. Sirip dubur (anal ) III.5; sirip dada (pectoral) I.12-13; sirip perut (ventral) II.7; serta jumlah sisik pada gurat sisi (linea lateralis) 29-30 buah. Batang ekor (peduncle) dikelilingi 14 sisik; antara gurat sisi dengan awal sirip perut diantarai oleh 1-1½ sisik. Poecilia reticulate sering ditemui dalam kelompok besar, di danau, parit atau sungai-sungai yang relatif tenang (Djuhanda, 1980).

3.1.6 Sarda orientalis (Temminck dan Schlegel, 1844)

Klasifikasi :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Perciformes

Famili : Scrombidae

Genus : Sarda

Spesies : Sarda orientalis (Temminck dan Schlegel, 1844)

Vern name : Ikan tongkol

Dari pengukuran yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut: Panjang total 180,70 mm, panjang standar 0,89 bagian dari panjang total, tinggi batang ekor 0,17 bagian dari panjang total, panjang batang ekor 0,05 dari panjang total, panjang dasar sirip dorsal 0,18 bagian dari panjang total, panjang sirip anal 0,06 bagian dari panjang total, tinggi badan 0,22 bagian dari panjang total, panjang sirip pectoral 0,105 bagian dari panjang total, panjang sirip pelvic 0,09 bagian dari panjang total, panjang sirip dorsal terpanjang 0,09 bagian dari panjang total, panjang kepala 0,80 bagian dari panjang total, lebar kepala 0,19 bagian dari panjang total, panjang moncong 0,09 bagian dari panjang total, diameter mata 0,44 bagian dari panjang total. Jumlah duri dorsal 11 buah, jumlah duri dorsal lunak 11 buah, jumlah duri anal 5 buah, jumlah duri lunak anal 6.

Ikan tongkol ini bentuk tubuhnya mirip torpedo, sehingga pergerakan di air meluncur dengan cepat. Dengan tipe mulut terminal, ikan ini tersebar di bagian oceandromus dengan kedalaman 1-167 m, sehingga jenis makanannya berupa ikan-ikan kecil, cumi-cumi, dan kepiting (Collette, 1983). Tipe ekor forked. Bagian tubuhnya tidak ditutupi oleh sisik dilihat secara sekilas, ternyata ikan ini memiliki sisik yanga sangat tipis. Jenis ikan ini tidak berbahaya sehingga banyak di buru oleh manusia (Collette, 1983).

3.1.7 Trichiurus lepturus (Linnaeus, 1758)

Klasifikasi :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Perciformes

Famili : Trichiuridae

Genus : Trichiurus

Spesies : Trichiurus lepturus (Linnaeus, 1758)

Vern name : Ikan baledang

Dari pengukuran yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut: Panjang total 350 mm, panjang standar 0,886 bagian dari panjang total, tinggi batang ekor 0,03 bagian dari panjang total, panjang batang ekor 0,02 dari panjang total, panjang dasar sirip dorsal 0,57 bagian dari panjang total, panjang dasar sirip anal 0,37 bagian dari panjang total, tinggi badan 0,07 bagian dari panjang total, panjang sirip pectoral 0,05 bagian dari panjang total, panjang sirip dorsal terpanjang 0,07 bagian dari panjang total, panjang kepala 0,09 bagian dari panjang total, lebar kepala 0,05 bagian dari panjang total, panjang moncong 0,07 bagian dari panjang total, diameter mata 0,23 bagian dari panjang total. Jumlah duri dorsal 97 buah, jumlah duri dorsal lunak 17 buah.

Dilihat dari morfologi, ikan baledang memiliki tubuh yang panjang dan pipih dengan ekor meruncing, bentuk kepalanya seperti segitiga dan terdapat gigi yang tajam pada mulutnya yang bertipe superior. Berdasarkan tipe mulutnya, ikan ini sering dijumpai di bagian permukaaan air laut dengan jenis makanannya berupa plankton, ikan-ikan kecil, dan cumi-cumi. Menurut Nakamura (1993), ikan ini hidup di laut pada kedalaman 0-589 m di daerah subtropis dan penyebarannya hampir di seluruh dunia, dan warna terang polos tanpa sisik.

3.1.8 Leiognathus splendens (Cuvier, 1829)

Klasifikasi :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Perciformes

Famili : Leiognathidae

Genus : Leiognathus

Spesies : Leiognathus splendens (Cuvier, 1829)

Vern name : Ikan maco

Dari pengukuran yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut: Panjang total 110,60 mm, panjang standar 0,81 bagian dari panjang total, tinggi batang ekor 0,05 bagian dari panjang total, panjang batang ekor 0,05 dari panjang total, panjang dasar sirip dorsal 0,4 bagian dari panjang total, panjang dasar sirip anal 0,21 bagian dari panjang total, tinggi badan 0,32 bagian dari panjang total, panjang sirip pectoral 0,14 bagian dari panjang total, panjang sirip dorsal terpanjang 0,14 bagian dari panjang total, panjang kepala 0,27 bagian dari panjang total, lebar kepala 0,28 bagian dari panjang total, panjang moncong 0,13 bagian dari panjang total, diameter mata 0,11 bagian dari panjang total. Jumlah duri dorsal 17 buah, jumlah duri anal 10 buah.

Ikan maco sering dijumpai di lingkungan dasar (demersal) perairan payau ataupun laut. Bentuk tubuhnya pipih ramping dengan warna tubuhnya silver (terang polos). Tipe mulut ikan ini terminal, sehingga terdapat di bagian tengah perairan dengan jenis makanannya berupa ikan-ikan kecil, kepiting, dan kerang. Menurut Kimura (2005), ikan maco hidup dilaut pada kedalaman 10-100 m di daerah tropik dan tersebar mulai dari India, Papua, Jepang, dan Australia. tipe ekor forked dan memiliki sisik tipe ctenoid (Kimura, 2005)

3.1.9 Upeneus sulphureus (Cuvier, 1829)

Klasifikasi :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Perciformes

Famili : Mullidae

Genus : Upeneus

Spesies : Upeneus sulphureus (Cuvier, 1829)

Vern name : Ikan pinang-pinang

Dari pengukuran yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut: Panjang total 120 mm, panjang standar 0,7 bagian dari panjang total, tinggi batang ekor 0,2 bagian dari panjang total, panjang batang ekor 0,167 dari panjang total, panjang dasar sirip dorsal 0,5 bagian dari panjang total, panjang dasar sirip anal 0,125 bagian dari panjang total, tinggi badan 0,32 bagian dari panjang total, panjang sirip pectoral 0,167 bagian dari panjang total, panjang sirip pelvic 0,21 bagian dari panjang total, panjang sirip dorsal terpanjang 0,5 bagian dari panjang total, panjang kepala 0,2 bagian dari panjang total, lebar kepala 0,2 bagian dari panjang total, panjang moncong 0,125 bagian dari panjang total, diameter mata 0,083 bagian dari panjang total. Jumlah duri dorsal 23 buah, jumlah duri dorsal lunak 11 buah, jumlah duri anal 8 buah.

Dari segi morfologinya ikan pinang-pinang memiliki bentuk tubuh bundar, warna tubuh terang polos dengan gurat sisi berwarna kekuningan-kuningan yang dimulai dari tutup insang sampai ekor. Ikan ini memiliki sisik yang sangat jelas dengan tipe ctenoid. Dengan tipe mulut superior, ikan ini terdapat di daerah dasar perairan air laut atau payau dengan jenis makanannya berupa ikan-ikan kecil. Menurut Kumaran (1984), ikan ini hidup pada kedalaman 10-90 m di daerah tropikal. Dan memiliki tipe ekor forked.

3.2 Kunci Determinasi

Dari pengamatan morfologi yang telah dilakukan dapat dibuat kunci determinasi dari pisces tersebut, yaitu:

1. a. Ikan air laut...............................................................................2

b. Ikan air tawar............................................................................5

2. a. Sirip dorsal tidak bertakik..........................................................3

b. Sirip dorsal bertakik............................................................ Sarda orientalis

3. a. Tipe sisik ctenoid....................................................................Upeneus sulphureus

b. Tipe sisik cycloid.....................................................................4

4. a. Mulut tidak prokontraktil.......................................................... Trichiurus lepturus

b. Mulut prokontraktil...................................................................Leiognathus splendens

5. a. Bersisik.....................................................................................6

b. Tidak punya sisik........................................................... Monophterus albus

6. a. Tipe ekor forked......................................................................7

b. Tipe ekor rounded........................................................... Tilapia nilotica

7. a. Tipe mulut superior……………………………………….……..8

b. Tipe mulut terminal…………………………………………..Ophronemus goramy

8. a. Memiliki sungut……………………………………………….Cyprinus carpio

b. Tidak memiliki sungut………………………………………Poesilia reticulata


IV. KESMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

· Cyprinus carpio (ikan mas) memiliki ciri khas yaitu tidak mempunyai duri-duri pada siripnya.

· Tilapia nilotica (ikan nila) mempunyai ciri yang khas yaitu mempunyai sirip dorsal yang panjang dan memiliki tulang keras yang banyak.

· Osphronemus goramy (ikan gurami) memiliki ciri yang khas yaitu memiliki tubuh yang pipih dan memiliki sungut.

· Monopterus albus (ikan belut) memiliki ciri yang khas yaitu hanya memiliki sirip caudal, tidak memiliki operculum, dan sisik.

· Poesilia reticulate (ikan pantau) memiliki ciri yang khas yaitu hidup berkoloni, warna ekor jantan warna-warni, dan pada ikan betina bagian depan membuncit.

· Dilihat dari segi berat, Trichiurus lepturus memiliki berat yang paling besar yakni 95, 68 gr dan Leiognathus splendens memiliki berat yang paling kecil yakni 16,11 gr. Dari segi panjang total, Leiognathus splendens merupakan ikan terpanjang yakni 360 mm dan Trichiurus lepturus merupakan ikan terkecil yakni 105 mm dari keempat objek.

· Tipe mulut terminal terdapat pada objek Sarda orientalis dan Leiognathus splendens, sedangkan tipe mulut inferior pada Upeneus sulphureus, dan tipe mulut superior pada Trichiurus lepturus.

· Dengan menggunakan kunci determinasi pisces, bisa di lihat perbedaan dan ciri-ciri tertentu yang memisahkan antara kunci identifikasi pada ikan air laut dan ikan air tawar.

Saran

Untuk praktikan selanjutnya dalam melaksanakan praktikum ini disarankan agar : bahan yang digunakan harus lengkap, berhati-hati dalam menggunakan vernier caliper supaya hasil yang didapatkan lebih akurat, dan menggunakan wajtu yang ada dengan sebaik-baiknya.


DAFTAR PUSTAKA

Agus Rochdianto, 2005. Analisis Finansial Usaha Pembenihan Ikan Karper (Cyprinus carpio Linn) di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Skripsi S1 FE, Universitas Tabanan: Bali

Anonimous. 2010. Dasar Klasifikasi Makhluk Hidup. http: //www. Edukasi. Net. Diakses tanggal 9 Maret 2010.

Collette, B. B. And C. E. Nauen. 1983. Sarda orientalis, http://fishbase.org, diakses pada tanggal 4 Maret 2009.

Djuhanda, Tatang. 1980. Analisa struktur Vertebrata Jilid I. Armico: Bandung.

Kimbal, Jhon W. 1992. Biologi Edisi ke V. Erlangga : Jakarta

Kimura, S. T. 2005. Leiognathus splendens, http://fishbase.org, diakses pada tanggal 15 Maret 2010.

Kumaran, M. And J. E. Randell. 1984. Upeneus sulphureus, http://fishbase.org, diakses pada tanggal 15 Maret 2010.

Moyle, Peter B and Joseph J. Cech, Jr. 1982. Fishes An Introduction to Ichtiology. Practice Hall Inc: New jerney.

Munshi, Datta. 1996. Fish Morfology Science Publisher. Inc: USA.

Nakamura, I. and N. V. Parin. 1993. Trichiurus lepturus, http://fishbase.org, diakses pada tanggal 4 Maret 2009.

Ommanney, F. D. 1982. Ikan Edisi II. Tira Pustaka:Jakarta.

Saanin, Hasanudin. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid I. Bina Cipta: Bogor.

Soesono, R, dkk. 1968. Diktat Asistensi Preparat. UGM : Yogyakarta

Tim Taksonomi Hewan Vertebrata. 2009. Penuntun Praktikum Taksonomi Vertebrata. Universitas Andalas: Padang

1 komentar: