Minggu, 01 Mei 2011

LAPORAN PRAKTIKUM REPTILIA _ non serpentes



LAPORAN PRAKTIKUM
TAKSONOMI HEWAN VERTEBRATA
MORFOLOGI DAN KUNCI DETERMINASI REPTILIA



I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reptilia adalah kelompok hewan vertebrata yang hidupnya merayap atau melata di dalam habitatnya. Reptil juga tergolong ke dalam hewan yang berdarah dingin, yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Walaupun berdarah dingin reptil melakukan pembiakan di darat. Tubuh reptil ditutupi oleh sisik-sisik atau plot-plot dari bahan tanduk (horny scales or plates) yang kering atau tanpa kelenjer. Umumnya reptil mempunyai dua pasang kaki, masing-masing mempunyai lima jari yang bercakar, tetapi pada jenis-jenis tertentu kakinya mereduksi atau sama sekali tidak ada. Rangka dari bahan tulang, oksipital, kondil hanya satu. Tipe gigi pada reptil adalah labyrinthodont (pada reptile fosil), acrodont, pleurodont, dan thecodont. Jantungnya mempunyai empat ruangan, dua atrium dan dua ventrikel, tetapi pada sekat dari ventrikel kanan dan kiri belum sempurna benar. Habitat hidup di darat, air tawar atau air laut, di daerah tropis dan daerah temperate (Carr,1977).
Reptilia tidak mempunyai banyak kelenjar pada kulitnya. Pada serpentes terdapat modifikasi dari labial gland di rahang atas. Sedangkan pada squmata, satu-satunya spesies yang mempunyai kelenjar racun, dimana kelenjar racun adalah modifikasi sublingual gland. Pada Crocodylia dan Chelonia lidahnya tidak bisa dijulurkan, hanya pada dasar mulut digunakan untuk menelan. Pada squamata, lidah pada bagian depan sempit dan bisa ditarik ke bagian belakang. Pada Serpentes, lidah sempit dan bertakik dalam yang pada bagian ujungnya bertindak sebagai organ sensori untuk merasakan bau dan suhu (Penuntun Praktikum Taksonomi Hewan Vertebrata, 2010).
Reptilia berkembang dari zaman Labyrinthodontia 50 juta tahun yang lalu sesudah amphibi berkembang. Pada zaman itu kelompok reptil merupakan kelompok yang paling banyak diantara vertebrata lainnya. Reptilia merupakan kelas pertama dari Tetrapoda yang strukturnya lengkap, termasuk selaput embrio dan kulitnya yang tahan terhadap kekeringan. Sepanjang zaman itu reptil ditemukan dengan bermacam-macam genera mulai hewan kecil sampai yang besar, herbivora sampai karnivora, dan dari yang lamban sampai yang lincah dalam bergerak ( Bennet, 1999).
Reptil terdiri dari empat ordo yaitu Testudinata, Rhynchochephalia atau Tuatara, Squamata dan Crocodilia. Sub kelas dari Testudinata adalah pleurodira, cryptodira, paracrytodira. Sub ordo dari Squamata adalah sauria (kadal) dan serpentes (ular). Sub ordo dari Crocodilia adalah gavial, alligator, dan crocodilidae (Pope, 1956). Oleh karena itu, untuk membuat suatu system klasifikasi diperlukan adanya pengamatan morfologi. Dari pengamatan morfologis dapat diukur parameter morfologinya sehingga dapat dilakukan pengindentifikasiannya dan berakhir dengan pembuatan kunci determinasi dari reptil.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum taksonomi hewan vertebrata dengan objek kelas reptilia ini adalah untuk mengenal morfologi jenis-jenis dari reptilia, melakukan identifikasi dan membuat kunci determinasi dari jenis-jenis tersebut.
1.3 Tinjauan Pustaka
Reptilia adalah hewan yang mempunyai kulit yang kering, ditutupi oleh sisik, mempunyai dua pasang ekstermitas luar yang dilengkapi dengan jari-jari dan berakhir dengan cakar. Reptilia tidak mempunyai banyak kelenjer pada kulitnya, kelenjer pada reptilian terdapat pada rongga mulutnya. Kelenjer parapin pada langit-langit mulut, lingual gland pada lidah, sub lingual gland (kelenjer dibawah lidah) dan labial gland (pada bibir). Pada serpentes terdapat modifikasi dari labial gland di rahang atas. Sedangkan pada squamata, satu-satunya spesies yang mempunyai kelenjer racun adalah Heloderma suspectum., dimana kelenjer racun tersebut adalah modifikasi dari sublingual gland. Pada crocodilia dan chelonian lidah tidak bisa dijulurkan, hanya berada pada dasar mulut dan hanya digunakan untuk membantu menelan. Pada squamata, lidah bagian depan sempit dan bias ditarik ke bagian belakang. Ujung lidah mempunyai fungsi sensori untuk merasakan bau. Sedangkan pada serpentes, lidah sempit dan bertakik dalam yang pada bagian ujungnya bertindak sebagai organ sensori untuk merasakan bau, suhu dan partikel zat yang ada pada udara (Tim Taksonomi Hewan Vertebrata, 2010).
Reptilia merupakan kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan paru-paru. Ciri umum kelas ini yang membedakan dengan kelas yang lain adalah seluruh tubuhnya tertutup oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan pada beberapa anggota ordo atau sub ordo tertentu mengalami pergantian kulit . Pergantian kulit secara total terjadi pada anggota sub-ordo ophidia dan pada anggota sub-ordo lacertilia pergantian kulit terjadi secara sebagian. Sedangkan pada ordo chelonia dan crocodilia sisiknya hampir tidak pernah mengalami pergantian atau pengelupasan. Kulit pada reptil memiliki sedikit sekali kelenjar kulit (Jasin, 1992).
Semua reptil bernafas dengan paru-paru. Reptil memiliki jantung yang terdiri dari empat ruang yaitu dua atrium dan dua ventrikel. Pada beberapa reptil sekat antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri tidak sempurna sehingga darah kotor dan darah bersih masih bisa bercampur. Reptil merupakan hewan berdarah dingin yaitu suhu tubuhnya bergantung pada suhu lingkungan atau poikiloterm. Untuk mengatur suhu tubuhnya itu, reptil melakukan mekanisme basking yaitu berjemur di bawah sinar matahari. Saluran ekskresi pada kelas reptilia berakhir di kloaka. Ada dua tipe kloaka yang spesifik untuk ordo-ordo reptilian yaitu kloaka dengan celah melintang dan kloaka dalam celah membujur. Kloaka dengan celah melintang terdapat pada ordo squamata yaitu sub-ordo lacertilia dan sub-ordo ophidia. Seadngkan kloaka dengan celah membujur terdapat pada ordo chelonia dan ordo crocodilian ( Djuhanda, 1982).
Reptilia menunjukkan kemajuan dibandingkan dengan ampibi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya tutup tubuh yang kering dan berupa sisik yang merupakan penyesuaian hidup menjauhi air. Ekstermitas cocok untuk gerak cepat. Sempurnanya proses penulangan telur sesuai sekali dengan pertumbuhan didarat yang mempunyai membrane dan cangkang yang berguna untuk melindungi embrio. Bentuk luar tubuh reptil bermacam-macam yaitu ada yang bulat pipih (penyu), bulat panjang (ular) dan berbentuk gelendong berekor dan caudal (Brotowidjoyo, 1989)
Pada anggota lacertilia, lidah berkembang baik dan dapat digunakan sebagai ciri penting untuk identifikasi. Semua reptil memiliki gigi kecuali pada ordo testudinata. Pada saat jouvenile, reptil memiliki gigi telur untuk merobek cangkang telur untuk menetas, yang kemudian gigi telur tersebut akan tanggal dengan sendirinya saat mencapai dewasa. Beberapa jenis reptil memiliki alat pendengaran dan ada yang yang dilengkapi telinga luar atupun tidak. Pada beberapa jenis lainnya, alat pendengaran tidak berkembang. Mata pada reptil ada yang berkelopak dan ada yang tidak memiliki kelopak mata. Kelopak mata pada reptil ada yang dapat digerakkan dan ada yang tidak dapat digerakkan dan ada juga yang berubah menjadi lapisan transparasi (Djuhanda, 1983).
. Kromatofora pada beberapa jenis dapat mengembang dan menguncup sehingga warna kulit berubah sesuai dengan keadaan lingkungan didekatnya. Kulit tidak memiliki lendir, anggota berjari lima dan beberapa jenis anggota hilang, memiliki kloaka, kemih dan beberapa jenis asam urat dalam fase padat bergabung dengan tinja dan keluar bersama-sama lewat dubur, tidak minum dan menyesuaikan diri hidup di tempat kering (Yatim, 1985)
Habitat dari Kelas Reptilia ini bermacam-macam. Ada yang merupakan hewan akuatik seperi penyu dan beberapa jenis ular, semi akuatik yaitu Ordo Crocodilia dan beberapa anggota Ordo Chelonia, beberapa Sub-ordo Ophidia, terrestrial yaitu pada kebanyakan Sub-kelas Lacertilia dan Ophidia, bebepapa anggota Ordo Testudinata, sub terran pada sebagian kecil anggota Sub-kelas Ophidia, dan arboreal pada sebagian kecil Sub-ordo Ophidia dan Lacertilia (Weber, 1915).
Reptile terdiri dari empat ordo yaitu Testudinata, Rhynchochephalia atau Tuatara, Squamata dan Crocodilia. Sub kelas dari Testudinata adalah pleurodira, cryptodira, paracrytodira. Sub ordo dari Squamata adalah sauria (kadal) dan serpents (ular). Sub ordo dari Crocodilia adalah gavial, alligator, dan crocodilidae (Goin, 1971)
Ordo dari Testudinata seperti kura-kura memiliki tempurung kura-kura yang terdiri dari karapaks berbentuk cembung di bagian dorsal, dan plastron yang bentuknya relatif datar atau rata di bagian ventral. Pada bagian karapaks terdapat tulang vertebra/ neural, tulang pleural, tulang suprapygal, tulang pygal, tulang nuchal dan tulang peripheral. Pada bagian plastron terdapat tulang epiplastron, tulang entoplastron, tulang hyoplastron, tulang mesoplastron, dan tulang xiphiplastron. Di atas tulang-tulang penyusun karapaks dan plastron terdapat lapisan yang disebut keping perisai. Keping perisai pada karapaks terdiri dari keping vertebral, keping costal, keping marginal, keping nuchal, dan keping supracaudal. Keping perisai pada plastron terdiri dari keping gular, keping humeral, keping pectoral, keping abdominal, keping anal,dan keping femoral. Pada beberapa famili ada yang tidak dilapisi dengan keping perisai seperti pada Famili Trionychidae dan Famili Charettochelydae (Iskandar, 2000)
Ordo Rhynchocephalia diketahui berdasarkan catatan fosil pada Era Triasik Akhir yaitu antara 210 – 220 juta tahun yang lalu. Ordo Rhynchocephalia memiliki tipe tengkorak diapsid. Morfologinya mirip dengan anggota lacertilia dan panjang dewasanya mencapai 30 cm. Anggota ordo ini semuanya karnivora dan mencari makan di malam hari. Habitat hidupnya di air atau di daratan. Ordo Rhynchocephalia bereproduksi secara ovipar dengan fertilisasi internal. Telurnya ditempatkan dalam suatu lubang seperti kebanyakan anggota Kelas Reptilia lainnya dan menetas dalam waktu 1 tahun (Anonymous, 2010b).
Adapun ciri-ciri umum anggota ordo Squamata antara lain tubuhnya ditutupi oleh sisik yang terbuat dari bahan tanduk. Sisik ini mengalami pergantian secara periodik yang disebut molting. Sebelum mengelupas, stratum germinativum membentuk lapisan kultikula baru di bawah lapisan yang lama. Pada Subordo Ophidia, kulit/ sisiknya terkelupas secara keseluruhan, sedangkan pada Subordo Lacertilia, sisiknya terkelupas sebagian. Bentuk dan susunan sisik-sisik ini penting sekali sebagai dasar klasifikasi karena polanya cenderung tetap. Pada ular sisik ventral melebar ke arah transversal, sedangkan pada tokek sisik mereduksi menjadi tonjolan atau tuberkulum. Anggota squamata memiliki tulang kuadrat, memiliki ekstrimitas kecuali pada Subordo Ophidia, Subordo Amphisbaenia, dan beberapa spesies Ordo Lacertilia. Perkembangbiakan ordo squamata secara ovovivipar atau ovipar dengan vertilisasi internal. Persebaran Squamata sangat luas, hampir terdapat di seluruh dunia kecuali Arktik, Antartika, Irlandia, Selandia Baru, dan beberapa pulau di Oceania (Weber, 1915)
Ordo crocodylia mencakup hewan reptil yang berukuran paling besar di antara reptil lain. Kulit mengandung sisik dari bahan tanduk. Di daerah punggung sisik-sisik itu tersusun teratur berderat ke arah ternversal dan mengalami penulangan membentuk perisai dermal. Sisik pada bagian dorsal berlunas, pada bagian lateral bulat dan pada bagian ventral berbentuk segi empat. Kepala berbentuk piramida, keras dan kuat, dilengkapi dengan gigi-gigi runcing bertipe gigi tecodont. Mata kecil terletak di bagian kepala yang menonjol ke dorso-lateral. Pupil vertikal dilengkapi selaput mata, tertutup oleh lipatan kulit yang membungkus tulang sehingga lubang tersebut hanya nampak seperti celah. Lubang hidung terletak pada sisi dorsal ujung moncong dan dilengkapi dengan suatu penutup dari otot yang dapat berkontraksi secara otomatis pada saat buaya menyelam. Ekor panjang dan kuat. Tungkai relatif pendek tetapi cukup kuat. Tungkai belakang lebih panjang, berjari 4 dan berselaput. Tungkai depan berjari 5 tanpa selaput (Anonymous, 2010b).
Jantung buaya memiliki 4 ruang namun sekat antar ventrikel kanan dan kiri tidak sempurna yang menyebabkan terjadinya percampuran darah. Pada jantungnya memiliki foramen panizza. Crocodilia merupakan hewan poikilotermik sehingga kebanyakan akan berjemur di siang hari unutk menjaga suhu tubuhnya. Mereka berburu di malam hari. Crocodilian dewasa terutama yang dominan memiliki teritori tersendiri, namun pada musim kering teritori tersebut dilupakan karena daerah mereka menyempit akibat kekeringan (Jafnir, 1985).
II.PROSEDUR KERJA
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum tentang morfologi dan kunci determinasi reptilia ini dilaksanakan pada hari Senin, 05 April 2010 di Laboratorium Taksonomi Hewan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas Padang.
2.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah bak bedah, vernier kaliper, penggaris, timbangan, tabel pengamatan dan alat-alat tulis. Bahan yang digunakan adalah Heosemys spinosa (kura-kura) ,Dogania subplana (labi-labi), Hemydactylus frenatus (cecak), Gecko monarchus (tokek), Mabuya multifasciata (kadal),dan kloroform 10 %.
2.3 Cara Kerja
Bahan-bahan atau semua objek yang ada diletakkan pada bak bedah dengan posisi kepala di sebelah kiri. Diamati, digambar dan dilakukanlah pengukuran serta penghitungan terhadap setiap karakter reptil tersebut seperti panjang badan (PB), panjang kaki depan (PKD), panjang kaki belakang (PKB), diameter mata (DM), lebar kepala (LK), panjang kepala (PK), panjang moncong (PM) dan lebar pangkal ekor (LPE). Selain itu juga diamati warna kepala, mulut, terdapatnya gigi atau tidak, bentuk gigi, punggung, dorsolateral fold, paha, adanya rumbai/crest pada dorsal, dagu, bentuk sisik, warna perut, hemiclitoris/hemipenis, carapace dan plastron. Setelah seluruh parameter tersebut diukur, kemudian dibuat klasifikasi dan kunci determinasi dari spesies-spesies reptil yang ada.
III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Deskripsi
3.1.1 Heosemys spinosa (Gray,1831)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudinata
Family : Geomydidae
Genus : Heosemys
Spesies : Heosemys spinosa (Gray,1831)
Vern name : Kura-kura
Ciri yang teramati dari Heosemys spinosa adalah memiliki panjang badan (PB) 200 mm, panjang kepala (PK) 50,6 mm, lebar kepala (LK) 20 mm, panjang kaki depan (PKD) 50,6 mm, panjang kaki belakang (PKB) 40,5 mm, panjang moncong (PM) 2,5 mm, diameter mata (DM) 5 mm. Heosemys spinosa memiliki warna coklat pada kepala, mulut, dagu dan paha. Warna pada perut coklat muda dan pada paha orange. Heosemys spinosa memiliki carapace dan plastron. Hewan ini tidak memiliki gigi dan sisik perut
Ciri-ciri tersebut sesuat dengan pendapat Anonymous (2010a) bahwa Heosemys spinosa memiliki panjang badan 175 mm sampai 220 mm. Mempunyai supra caudal 2 buah, tubuh konkraf, vertebral lebih tebal dari costal. Kepala dan anggota badan berwarna kelabu coklat, biasanya dengan kuning ke titik merah di belakang mata dan berwarna speckling serupa pada kaki. Carapace runcing bermata dan berduri. Carapace berwarna adalah cokelat pucat dengan garis bawah pusat lunas
Kura-kura ini memiliki cangkang yang sangat keras, cara membedakan kura-kura jantan dan betina yaitu dengan cara melihat perbedaan morfologinya. Pada kura-kura jantan pada bagian bawah palstronnya mencekung dekat anal yang berfungsi untuk membantu saat posisi kawin, sedangkan betina datar saja agar mudah bertumpu pada permukaan tempat berada pada saat hewan ini kawin. Biasanya ukuran tubuh betina lebih besar dari pada ukuran tubuh jantan, cakar panjang yang kuat untuk membantu memegang betinanya pada saat kawin dan ekor kura-kura jantan lebih panjang (Iskandar, 2000).
Habitat pada daerah dangkal, hutan hujan jelas sungai pada ketinggian dari 170 m sampai 100 m di mana ia sering berkelana di darat dalam dingin, lembab, teduh daerah. Hewan ini memakan rumput, daun talas, daun-daunan tanaman air dan buah yang jatuh.Tersebar dari pulau sumatra sampai Kalimantan (Weber, 1915)
3.1.2 Dogania subplana (Linnaeus, 1758)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudinata
Family : Trionychidae
Genus : Dogania
Spesies : Dogania subplana (Linnaeus, 1758)
Vern name : Labi-labi
Ciri yang teramati dari Dogania subplana adalah memiliki panjang badan (PB) 230 mm, panjang kepala (PK) 80 mm, lebar kepala (LK) 28 mm, panjang kaki depan (PKD) 72 mm, panjang kaki belakang (PKB) 40,5 mm, panjang moncong (PM) 2 mm, diameter mata (DM) 3 mm, LPE 15 mm. Dogania subplana memiliki warna hitam pada kepala, punggung, dagu dan paha. Warna pada mulut putih dan perut putih susu. Dogania subplana memiliki carapace, plastron, gigi dan hemipenis. Hewan ini tidak memiliki dorsolateral fold dan sisik.
Ciri-ciri tersebut sesuat dengan pendapat Anonymous (2010c) bahwa Dogania subplana merupakan labi-labi yang berukuran sedang, jarang besar, paling-paling hanya sekitar 250-400 mm. Perisai berbentuk jorong atau memanjang, pipih datar. Warna punggungnya abu-abu kehitaman, kecoklatan atau kemerahan, dengan pola atau bintik-bintik halus. Sebuah garis lebar coklat tua terdapat di wilayah vertebral, memanjang dari depan ke belakang. Kadang-kadang terdapat empat bercak yang tersusun berpasangan di tengah punggung.
Dogania subplana hidup di alam seperti rawa-rawa, danau, sungai dan dapat pula hidup di kolam yang suhu airnya berkisar 25-30 o C. Hewan ini biasanya bersifat nokturnal, di siang hari lebih banyak bersembunyi dalam lumpur. Habitat yang disukai adalah perairan tergenang dengan dasar perairan lumpur berpasir , terdapat batu-batuan dan tak terlalu dalam. Labi-labi biasanya tak hanya tinggal di dasar perairan, tetapi terkadang nampak di atas batu-batuan untuk berjemur. Labi-labi biasanya menyukai perairan yang banyak dihuni oleh hewan air (molusca, ikan, crustacea dan lain-lain) serta pada permukaan airnya terdapat tumbuh-tumbuhan air seperti enceng gondok, salvinia, monochorida, teratai dan lain-lainnya karena dapat menjadi bahan makanan di dalam air (Carr, 1977).
Kebiasaan berjemur labi-labi merupakan salah satu kebutuhan hidup. Dengan berjemur matahari membuat semua air pada cangkang atas dan bawahnya terjemur kering, sehingga lumut, jamur, parasit yang menempel pada permukaan badannya dapat kering dan terkelupas. Bila tidak berjemur, maka bulus akan mudah terserang penyakit atau mendapat gangguan fisiologis (Iskandar, 2000)
3.1.3 Hemydactylus frenatus ( Duméril & Bibron, 1836)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptili
Ordo : Squamata
Subordo : Sauria
Family : Geckonidae
Genus : Hemidactylus
Spesies : Hemidactylus frenatus ( Duméril & Bibron, 1836)
Vern name : Cecak
Ciri yang teramati dari Hemidactylus frenatus adalah memiliki panjang badan (PB) 114 mm, panjang kepala (PK) 11,6 mm, lebar kepala (LK) 11,1 mm, panjang kaki depan (PKD) 20 mm, panjang kaki belakang (PKB) 24 mm, panjang moncong (PM) 10 mm, diameter mata (DM) 3 mm, LPE 55 mm. Hemidactylus frenatus memiliki warna hitam pada kepala coklat muda dengan bercak hitam, dagu bersisik, mempunyai mulut berwarna putih, punggung berwarna hitam abu-abu, perut berwarna kuning pucat dan paha berwarna abu-abu kekuningan. Hemidactylus frenatus memiliki bentuk tubuh pipih dorsolateral, gigi berbentuk pleuodont dan memiliki hemiclitoris. Hemidactylus frenatus tidak memiliki carapace, plastron, dorsolateral fold dan hemipenis.
Ciri-ciri tersebut sesuat dengan pendapat Anonymous (2010d) bahwa Hemidactylus frenatus mempunyai panjang tubuh sekitar 120 mm. Moncong relatif pendek. Dorsal berwarna abu-abu keputihan berbintik-bintik atau kehitaman. Ventral putih atau agak kekuningan. Tak ada jumbai kulit di sisi tubuh maupun di tungkai. Ekor membulat, dengan enam deret duri-duri kulit yang lunak. Sisik-sisik berbentuk serupa bintik bulat halus di sisi dorsal yang tidak seragam besarnya. Terdapat bintil-bintil yang tersusun dalam deretan agak jarang. Dua baris di tiap sisi tubuh, dari pinggang hingga ke pinggul, dan satu deret di atas pinggul. Berlanjut dengan tiga deret bintil serupa duri yang lunak di tiap sisi ekor. Sepasang pori anal terdapat di pangkal ekor di belakang anus. Ekor berwarna agak jingga kemerahan di sisi bawah ke arah ujung; perisai subkaudal (sisik-sisik lebar di sisi bawah ekor) ± ½ lebar ekor.
Badan Hemidactylus frenatus seperti kadal atau berbentuk pipih dorsolateral dengan terbungkus bintil-bintil sisik yang dapat terkelupas sebagian. Pada cicak, sisik mereduksi menjadi tonjolan atau tuberkulum. Pada lidah terdapat lekukan dangkal pada ujung lidah. Hemydactylus frenatus sering dijumpai di rumah- rumah yang merayap pada dinding. Cicak rumah memiliki warna yang lebih terang dan halus dari tokek (Goin, 1971).
3.1.4 Gecko monarchus (Linnaeus, 1758)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptili
Ordo : Squamata
Subordo : Sauria
Family : Geckonidae
Genus : Gecko
Spesies : Gecko monarchus (Linnaeus, 1758)
Vern name : Tokek
Ciri yang teramati dari Gecko monarchus adalah memiliki panjang badan (PB) 68 mm, panjang kepala (PK) 18 mm, lebar kepala (LK) 16 mm, panjang kaki depan (PKD) 19 mm, panjang kaki belakang (PKB) 25 mm, panjang moncong (PM) 11 mm, diameter mata (DM) 6 mm, LPE 6 mm Gecko monarchus memiliki warna hitam pada kepala coklat tua berbintil-bintil mempunyai mulut berwarna kemerahan, punggung dan dagu berwarna coklat muda. Gecko monarchus memiliki gigi berbentuk acrodont Gecko monarchus tidak memiliki carapace, plastron, dorsolateral fold dan hemipenis.
Ciri-ciri tersebut sesuat dengan pendapat Anonymous (2010d) bahwa Gecko monarchus yang berukuran besar, berkepala besar. Panjang total mencapai 340 mm, hampir setengahnya adalah ekornya. dorsal (sisi punggung) kasar, dengan banyak bintil besar-besar. Abu-abu kebiruan sampai kecoklatan, dengan bintik-bintik berwarna merah bata sampai jingga. Ventral (perut, sisi bawah tubuh) abu-abu biru keputihan atau kekuningan. Ekor membulat, dengan enam baris bintil; berbelang-belang. Jari-jari kaki depan dan belakang dilengkapi dengan bantalan pengisap yang disebut scansor, yang terletak di sisi bawah jari. Gunanya untuk melekat pada permukaan yang licin. Maka, dari sisi atas jari-jari tokek nampak melebar.
Gecko monarchus memangsa aneka serangga, cecak lainnya yang lebih kecil, tikus kecil dan mungkin juga burung kecil. Seperti bangsa cecak lainnya, tokek aktif berburu terutama di malam hari. Terkadang tokek turun pula ke tanah untuk mengejar mangsanya. Di siang hari, tokek bersembunyi di lubang-lubang kayu, lubang batu, atau di sela atap rumah (Bennet,1999).
Tokek melekatkan telurnya, yang biasanya berjumlah sepasang dan saling berlekatan, di celah-celah lubang pohon; retakan batu; atau jika di rumah, di belakang almari atau di bawah atap. Tempat bertelur ini kerap pula digunakan oleh beberapa tokek secara bersama-sama. Telur menetas setelah dua bulan lebih (Carr, 1977)
3.1.5 Mabuya multifisiata (Gunther, 1867)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Sauria
Family : Scincidae
Genus : Mabuya
Spesies : Mabuya multifasciata (Gunther, 1867)
Vern name : Kadal
Ciri yang teramati dari Mabuya multifasciata adalah memiliki panjang badan (PB) 68 mm, panjang kepala (PK) 18 mm, lebar kepala (LK) 16 mm, panjang kaki depan (PKD) 19 mm, panjang kaki belakang (PKB) 25 mm, panjang moncong (PM) 11 mm, diameter mata (DM) 6 mm, LPE 6 mm Mabuya multifasciata memiliki warna coklat kehitamn pada kepala , mempunyai mulut berwarna coklat, punggung coklat kusam keemasan, dagu dan perut berwarna putih, paha berwarna coklat dan dorsolateral fold berwarna coklat keemasan.. Mabuya multifasciata memiliki hemiclitoris, gigi berbentuk acrodont, sisik perut dengan tipe cycloid, Mabuya multifasciata tidak memiliki carapace, plastron.
Ciri-ciri tersebut sesuat dengan pendapat Anonymous (2010b) bahwa Mabuya multifasciata badannya tertutup oleh sisik sikloid yang sama besar, demikian pula dengan kepalanya yang tertutup oleh sisik yang besar dan simetris. Lidahnya tipis dengan papilla yang berbentuk seperti belah ketupat dan tersusun seperti genting. Tipe giginya pleurodont. Matanya memiliki pupil yang membulat dengan kelopak mata yang jelas. Ekornya panjang dan rapuh.
Penampang tubuh dari Mabuya multifasciata bersegi empat tumpul. Sisi atas tubuh berwarna coklat tembaga keemasan, kerap dengan bercak-bercak kehitaman di tepi sisik yang mebentuk pola garis memanjang yang kabur terputus-putus. Sisi lateral tubuh dengan warna gelap kehitaman atau coklat berbintik-bintik . Sisi bawah tubuh berwarna abu-abu keputihan (Goin, 1971)
3.2 Kunci Determinasi
1. a.Tubuh memanjang.................................................................................2
b.Tubuh membulat........................................................................4
2. a. Lidah ditutupi papilae yang panjang.............................................3
b. Lidah ditutupi papilae yang pendek.............................................Mabuya multifasciata
3. a. Kulit gelap dengan bintil yang kasar............................................Gecko monarchus
b. Kulit terang dengan bintil yang halus..........................................Hemydactylus frenatus
4. a. Memiliki carapace yang lunak....................................................Heosemys spinosa
b. Memiliki carapace yang keras....................................................Dogania subplana

IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Heosemys spinosa (kura-kura) memiliki tubuh yang membulat terbungkus oleh perisai, carapace kasar dan plastronnya keras.
2. Dogania subplana (labi-labi) memiliki tubuh yang membulat terbungkus oleh perisai, carapace lunak dan plastronnya berwarna krem keputih-putihan.
3. Hemidactylus frenatus (cecak) memiliki tubuh yang pipih dorsolateral, bagian dorsal berwarna abu-abu keputihan berbintik-bintik atau kehitaman dan bagian ventral berwarna putih atau agak kekuningan.
4. Gecko monarchus (tokek) memiliki tubuh yang pipih dorsolateral, bagian dorsal kasar, dengan banyak bintil besar-besar berwarna abu-abu kebiruan sampai kecoklatan atau bintik-bintik berwarna merah bata sampai jingga dan bagian ventral berwarna abu-abu biru keputihan atau kekuningan.
5. Mabuya multifasciata (kadal) memiliki penampang tubuh bersegi empat tumput, sisi atas tubuh berwarna coklat tembaga emas dengan bercak-bercak kehitaman, di tepi sisik membentuk pola garis memanjang yang kabur terputus-putus dan sisi bawah tubuh berwarna abu-abu keputihan atau kekuningan.
4.2 Saran
Dalam melaksanakan praktikum kali ini diharapkan kepada praktikan untuk lebih teliti dan cermat dalam pemilihan objek. Dalam melakukan pengukuran juga harus lebih teliti agar hasil yang didapatkan lebih akurat serta dalam pelaksanaan praktikum ini sebaiknya pratikan didampingi oleh asisten.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2010a. Heosemys spinosa. http://www.asianturtle.org/htm/species. 8 April 2010
Anonymous, 2010b. Reptilia .http://www.wordpress.com. 7 April 2010.
Anonymous, 2010c. Dogania subplana. http://www.eol.org/pages/211444. 8 April 2010
Anonymous, 2010d. Geckonidae. http://id.wikipedia.org/wiki/geckonidae. 8 April 2010
Bennet, D.1999. Expedition Fieled Tachniques of Reptiland Amphibian. Royal Geografhycal: London
Brotowidjoyo.1989. Zoologi Dasar. Erlangga: Jakarta
Carr, A.1977. The Reptil he life. Time Books inc Alexandria
Djuhanda, T. 1983. Anatomi dari Empat Spesies Hewan Vertebrata. Amico. Bandung
Djuhanda, T. 1982. Pengantar Anatomi Pebandingan Vertebrata I. CV. Armico: Bandung.
oin, C. J and O. B. Goin. 1971. Intoduction to Herpetology. Second edition. WH. Freeman and Company. San fransisco
Iskandar, D. T. 2000. Buaya dan Kura-Kura Indonesia. Puslitbang Biologi-LIPI. Bogor : Indonesia.
Jafnir. 1985. Pengantar Anatomi Hewan Vertebrata. Universitas Andalas : Padang.
Jasin, M. 1992. Zoologi Vertebrata Untuk Perguruan Tinggi. Sinar Jaya: Surabaya
Pope, CH. 1956. The Reptile World. Routledge and Kegal Paul Ltd : London
Tim Taksonomi Hewan Vertebrata.2010. Taksonomi Hewan Vertebrata. Universitas Andalas: Padang
Weber, M. 1915. The reptilia of The Indo-Australian Archipelago. Amsterdam
Yatim, W. 1985. Biologi jilid II. Tarsito: Bandung

2 komentar: